Kamis, 12 Desember 2019

Seseorang yang Bukan Kamu

Sejujurnya, ada banyak cerita yang ingin aku tuliskan di sini. Tentang kisah awan kepada hujan. Tentang pertanyaan yang mustahil mendapatkan jawaban. Juga tentang penantian yang tak kunjung sampai pada tujuan. 

Di hari bahagiamu ini, semua kenangan muncul di permukaan. Saat aku berusaha untuk melupakan, justru namamu semakin beku dalam ingatan. Bahkan kenangan itu, kini terasa lebih pilu dari puisi Hujan di Bulan Juni milik pak Sapardi. 

Ingin merindu, tapi aku tahu batasanku. Sejauh apapun, radarku tidak akan sampai menjangkau ragamu. Meski aku sangat ingin, tapi semuanya hanya berujung mustahil.

Aku tau ini salah, tapi kalau harus membohongi diri sendiri. Lama-lama aku juga lelah. Aku lelah harus pura-pura tidak mencintaimu lagi meski, kenyataanya masih teramat sangat. Aku lelah harus berpura-pura membuka hati untuk orang lain. Padahal perihal hati ini, hanya kamu yang punya kunci.

Semua tidak akan jadi serumit ini seandainya kamu bisa sedikit saja sabar menunggu. Seandainya aku bisa lebih cepat menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Seandainya aku bisa lebih tahu kemana tujuan perasaanku. Seandainya aku segera sadar bahwa yang diam-diam mencintai kamu, bukan cuma aku. 

Ah, kenapa semua hal hanya akan terasa indah di balik kata seandainya?

Aku ingin mencintai seseorang lagi yang bukan kamu. Aku ingin dicintai, tanpa ada rasa takut untuk ditinggalkan lagi.

Sampai detik ini, aku hanya ingin kamu tahu. Bahwa sosokmu terlampau sangat berarti, hingga tak ada satu orang pun yang mampu mengganti. Meski sudah berusaha membuka hati, namun yang kudapati hanya nihil tanpa arti.

Perasaan ini, sepenuhnya masih menjadi milikmu. Kamu menang meski harus berpulang ke hati seorang di sebrang. 

Namun, salahkah jika aku tetap berada di sini? 

Berusaha menunggu meski,tidak satu detikpun dari waktumu yang kau sisakan untukku.

Salahkah jika aku menetap dengan perasaan yang sama meski, waktu labuhmu hanya akan kau habiskan bersama dia?

0 komentar:

Posting Komentar

 
;